Tropmed Update merupakan bentuk kegiatan pengabdian masyarakat yang diadakan secara rutin berbagi informasi penelitian sedang/telah dilaksanakan di Pusat Kedokteran Tropis. Kegiatan ini diikuti oleh Dinas Kesehatan, Peneliti di FK-UGM, maupun para mahasiswa S2 IKM dan Kedokteran Tropis. Kegiatan ini dilaksanakan hari Kamis, 30 April 2015 (jam 11.45-12.45 WIB). Bertempat di Ruang Sidang B, Gedung PAU lantai 2, Jl.Teknika Utara Barek Yogyakarta. Acara dibuka oleh Prof. Supargiyono, DTM&H., SU., PhD, SpParK (pakar bidang Malaria), pembicara; Jontari Hutagalung, MPH, dr. Riris Andono Ahmad, MPH ,PhD ( Direktur Pusat Kedokteran Tropis ) sebagai Moderator dan para peneliti lainnya. Topik kali ini tentang “Hubungan mutasi gen Glukosa-6-Phosfat Dehydrogenase (G6PD) pada penderita malaria di Kab. Timor Tengah Selatan (TTS), Prop. Nusa Tenggara Timur (NTT)”.
Berikut adalah pemaparan yang disampaikan oleh pembicara (Jontari Hutagalung, MPH). Defisiensi (kekurangan) enzim G6PD-d (glucose-phosphate-6-dehydrogenase deficiency) suatu kelainan komponen darah bawaan (turunan). Hubungan G6PD-d sebagai proteksi dari infeksi malaria (karena hancurnya sel darah secara dini) telah banyak dilaporkan walaupun masih dalam perdebatan. Saat ini lebih 400 juta orang menderita G6PD-d di dunia dengan prevalensi 0-17% di Asia dan Indonesia. Penderita G6PD-d memiliki sel darah merah yang tidak mampu memproduksi enzim G6PD dalam jumlah cukup atau tidak dapat berfungsi sempurna. Masalah medis yang bisa timbul akibat G6PD-d adalah anemia hemolitik (pecahnya sel darah merah secara dini atau hemolisis) menyebabkan individu kekurangan darah (anemia) karena jumlah sel darah merah yang pecah lebih banyak dari jumlah sel darah merah baru sebagai pengganti.
Penelitian ini menganalisis hubungan G6PD-d terhadap proteksi dari infeksi malaria di 5 wilayah berbeda endemisitas malaria di Kab. TTS, Prop. NTT, mengukur kadar Hb, identifikasi gejala klinis khas penderita G6PD-d terinfeksi malaria maupun non-terinfeksi serta menganalisis varian mutasi baru pada gen G6PD. Dari 555 sampel acak, 91 orang (16.4%) positif G6PD-d. Analisis faktor risiko dampak G6PD-d yang signifikan adalah anemia, riwayat keguguran, minum obat antimalaria dan komsumsi kacang merah. Faktor risiko yang signifikan terhadap malaria adalah tidak menggunakan kelambu saat tidur. Tidak terdapat perbedaan aktivitas enzim G6PD antara pria dan wanita yang terinfeksi malaria dengan non malaria. Analisis varian G6PD-d, dari 91 kasus G6PD-d saat ini masih divalidasi di Lab Eijkman Institute, Jakarta.
Dengan mengetahui status G6PD khususnya diwilayah endemik malaria bermanfaat untuk mencegah risiko medis sedini mungkin dan memudahkan membuat kebijakan mengenai zat atau obat yang dapat membahayakan penderita G6PD-d dengan mudah dapat ditentukan oleh pemerintah namun disayangkan hingga saat ini deteksi dini individu dengan G6PD-d belum pernah dilakukan di Indonesia.
Pada sesi akhir, tidak lupa dilanjut dengan diskusi (tanya-jawab) oleh peserta dengan pembicara. Acara diskusi ini berlangsung dengan lancar dan peserta pun antusias. Pada saat tanya jawab, tercatat lima peserta yang bertanya mengenai topik yang terkait. Diantara peserta yang bertanya berasal dari mahasiswa S2 llmu Kedokteran Tropis, FK UGM dan juga dari Dinas Kesehatan Kulonprogo.