Pusat Kedokteran Tropis – Tropmed Update merupakan kegiatan Rutin yang dilakukan Pusat Kedokteran Tropis sebagai bentuk pengabdian masayarakat dalam penyampaian informasi terkait hasil penelitian yang sedang atau sudah dilakukan ataupun terkait topik yang sedang marak dikalangan masyarakat.
Tropmed Update dilaksanakan di Ruang Kuliah Prodi S3 lantai 2, Fakultas Kedokteran, UGM (6/6/16). Topik yang dibahas mengenai “Sirkumsisi Medis Sukarela Laki Laki (SMSL) di Tanah Papua: Uji Coba Lapangan untuk Menilai Penerimaan dan Kelayakan”. Tropmed Update ini dihadiri kurang lebih oleh 50 peserta yang terdiri dari Dinas Kesehatan, peneliti di Lingkungan FK UGM, Mahasiswa S2 IKM & Kedokteran Tropis, dan Mahasiswa S3 Fakultas Kedokteran UGM.
Studi SMSL di Tanah Papua yang disponsori oleh Clinton Health Access Initiative (CHAI) ini pernah mengisi Tropmed Update pada bulan Maret 2015 yang lalu. Saat ini Studi tersebut telah selesai, dan kembali menjadi topik yang tak kalah menarik dengan topik tahun sebelumnya. Tropmed Update dengan durasi kurang lebih 1 jam ini, dibuka oleh dr. Yanri Wijayanti Subronto,Ph.D, Sp.PD sebagai Ketua Divisi HIV Pusat Kedokteran Tropis. Sebagai Narasumber pada Topik ini adalah Muh.Ridwan Ansori M.Sc dan Elan Lazuardi, MA (P.I dalam studi SMSL), dan bertindak sebagai Moderator adalah dr. Astri Ferdiana, MPH.
Dipaparkan oleh Muh.Ridwam Ansori M.Sc bahwa hasil studi ini akan menyajikan temuan-temuan dalam riset impelementasi yang dirancang untuk mengkaji penerimaan dan kemungkinan meningkatkan SMSL dalam pencegahan HIV di Tanah Papua.
Riset implementasi ini terdiri dari dua fase. Fase pertama adalah penilaian situasi secara cepat yang dilakukan untuk memahami dengan lebih baik perspektif dan kesiapan dari para pemangku kepentingan utama, dan mengidentifikasi & mendokumentasikan isu-isu pokok sebagai tahap persiapan jika SMSL akan diperkenalkan di Tanah Papua. Sedangkan yang Kedua adalah implementasi uji-coba (pilot) yang dilaksanakan di distrik Jayapura, Jayawijaya, Manokwari, dan Paniai.
Dari 411 sirkumsisi yang dilaksanakan, terdapat 24 kasus Adverse event (AE) (5.8% dari keseluruhan pria yang disirkumsisi) yang tercatat. Tiga belas (3.2%) di antaranya diklasifikasikan sebagai AE ringan, sepuluh kasus (2.4%) kasus yang dianggap AE sedang, dan satu kasus AE berat. Sekitar 41% dari kasus AE terkait dengan prosedur sirkumsisi, dan 29% memiliki kemungkinan terkait.
Untuk mengurangi angka AE, beberapa rekomendasi telah ditawarkan. Di antaranya; meningkatkan pengawasan klinis, termaksud respon yang lebih cepat terhadap persoalan yang timbul; penguatan konseling sebelum pemasangan dan sesudah pelepasan alat; dan pengujian atas laki-laki dengan HIV yang tertarik dengan SMSL, sebagai bagian dari penyaringan SMSL, sehingga laki-laki yang HIV positif bisa mendapat pengobatan terlebih dulu sebelum disirkumsisi.
Hasil pemaparan pemateri yang sangat informatif ternyata mengundang antusias peserta untuk mengajukan beberapa pertanyaan. Ada banyak peserta yang bertanya pada sesi ini. Salah satu pertanyaan yang di tanyakan peserta mengenai perihal apakah di Papua hanya menggunakan metode tersebut dan pertanyaan berkaitan dengan cara pemilihan responden yang diambil sebagai sampel ini diambil dari karakter yang berberbeda atau dari HIV tinggi.
Penjelasan dari narasumber bahwa sebelum prepex belum ada metode sirkumsisi, ini adalah yang pertama sehingga menjadi tantangan untuk mengenalkan sirkumsisi di Papua. Yang direkomendasikanpun ternyata tidak hanya prepex namun juga dengan Ring.
Dijelaskan juga dari beberapa pertanyaan pada sesi berikutnya bahwa dalam studi ini pendekatan dilakukan cukup beragam, di Jayapura. Di wilayah lain pun telah dilakukan diskusi dengan stakeholder di awal penelitian. Tropmed Update diakhiri pukul 13.00, dan kembali di tutup oleh dr.Yanri Wijayanti Subronto, Ph.D,Sp.PD dengan sedikit ulasan dan rangkuman mengenai Sirkumsisi.