• UGM
  • Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada Pusat Kedokteran Tropis
FK-KMK Universitas Gadjah Mada
  • Artikel
  • Berita
    • Berita PKT
    • Pengetahuan
    • Media Edukasi
  • Profil
    • Tentang Kami
    • Visi & Misi
    • Struktur Organisasi
    • PANDUAN IDENTITAS VISUAL
    • KOLABORATOR
    • ARSIP PERATURAN
    • Kontak Kami
  • Penelitian
    • TUBERKULOSIS
      • E-NOSE TB
    • ARBOVIRUS
    • MALARIA
    • STI dan HIV/AIDS
    • NID/ZOONOSIS
    • CROSS-CUTTING
      • POLIO STRIPE
  • Pelatihan
    • PUSAT PELATIHAN REGIONAL
    • PELATIHAN SEBELUMNYA
  • KARIR
  • Beranda
  • stranas
Arsip:

stranas

PERTEMUAN DISEMINASI

stranas Monday, 16 August 2021

PERTEMUAN DISEMINASI

PENYUSUNAN STRATEGI NASIONAL PENGENDALIAN DENGUE INDONESIA 2021-2025

  1. Latar Belakang
  2. Dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat yang klasik pada abad 21 di daerah tropis dan sub tropis. Penyakit virus yang ditularkan melalui nyamuk Aedes ini cepat menyebar, dengan peningkatan 30 kali lipat selama 50 tahun terakhir di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 50–100 juta infeksi dengue terjadi setiap tahun dan hampir setengah dari populasi dunia tinggal di negara endemik dengue. Saat ini hampir 75% dari populasi global terpapar dengue di wilayah Asia-Pasifik. Epidemi dengue berdampak terhadap sistem pelayanan kesehatan dan kerugian ekonomi besar-besaran. Di beberapa negara, beban dengue sebanding dengan tuberkulosis dan penyakit menular lainnya. Kasus dengue (DBD) ditemukan pertama kali di Indonesia pada 1968 dan sejak tahun 2014 telah menyebar di 34 provinsi, berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung semakin meningkat angka kesakitannya dan sebaran wilayah yang terjangkit semakin luas. Pada tahun 2019 terdapat 138.127 kasus dengue dalam hal ini DBD (IR 51,48 per 100.000 penduduk) dengan kematian akibat DBD sejumlah 919 orang (CFR 0,67%). Angka kematian akibat demam berdarah menurun di bawah 1% sejak 2008, namun demikian secara absolut harus tetap menjadi perhatian. Persebaran dengue didorong oleh nyamuk yang mudah ditularkan oleh orang atau vektor yang terinfeksi melalui peningkatan perdagangan, perubahan penggunaan lahan dan perluasan urbanisasi. Tujuan dari strategi nasional adalah mengurangi beban dengue dengan mengurangi mortalitas dan morbiditas akibat dengue. Kematian akibat demam berdarah dapat diturunkan dengan penerapan deteksi dini kasus dan menguatkan sistem rujukan; menangani kasus yang parah dengan pengobatan yang tepat; reorientasi pelayanan kesehatan untuk mengidentifikasi kasus awal dan mengatasi wabah dengue secara efektif; dan melatih tenaga kesehatan di semua tingkat sistem kesehatan. Morbiditas dengue dapat dikurangi dengan menerapkan prediksi dan deteksi wabah yang lebih baik melalui surveilans epidemiologi dan entomologi yang terkoordinasi; mempromosikan prinsip-prinsip manajemen vektor terintegrasi; menerapkan langkah-langkah pengendalian vektor yang diadaptasi secara lokal termasuk pengelolaan air perkotaan dan rumah tangga yang efektif. Pencegahan dan pengendalian demam berdarah memerlukan pendekatan lintas sektoral yang efektif antara Kementerian Kesehatan dan kementerian terkait lainnya serta lembaga pemerintah, sektor swasta (termasuk penyedia layanan kesehatan swasta), organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal. Berbagi sumber daya merupakan aspek penting dalam koordinasi, dan sangat penting dalam situasi darurat ketika langka atau sumber daya manusia dan material yang tersebar luas harus dimobilisasi dengan cepat dan penggunaannya dikoordinasikan untuk mengurangi efek epidemi. Jejaring pengendalian dengue dapat membantu meningkatkan dan mensinergikan kekuatan mitra sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencegahan dan pengendalian dengue. Keberhasilan program pengendalian demam berdarah ditandai dengan kesiapsiagaan dan respon multisektor dan antarlembaga. Strategi Nasional mengedepankan koordinasi dan kolaborasi di antara mitra multisektor, pendekatan manajemen vektor terintegrasi dan langkah-langkah pengendalian berkelanjutan di semua tingkatan sehingga berkelanjutan, hemat biaya, dan sehat secara ekologis. Mempertimbangkan hal tersebut, dipandang perlu menyusun Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025 sebagai acuan dan pedoman pelaksanaan strategi dan intervensi dalam penanggulangan dengue dalam periode lima tahun ke depan.

  3. Tujuan
  4. Memaparkan dokumen strategi nasional yang telah disusun kepada lintas program, lintas sektor, dan mitra untuk mendapatkan masukan dan respon dalam pencapaian target indikator program pengendalian dengue.

  5. Pelaksanaan
  6. Bagi peserta domisili DKI Jakarta dapat mengikuti secara luring (tatap muka) terbatas sejumlah 27 orang dan bagi peserta luar DKI Jakarta dapat mengikuti secara daring, yang akan dilaksanakan pada:

    hari, tanggal : Kamis, 24 Juni 2021
    jam : 08.00 – 12.30 WIB
    tempat luring : JS Luwansa Hotel Jakarta Selatan
    daring : melalui zoom

  7. Peserta
  8. TTim Konsultan UGM, Lintas Program, Lintas Sektor, WHO Indonesia, Mitra

  9. Jadwal Kegiatan
  10. Waktu (WIB) Kegiatan Narasumber Moderator
    08.00 – 09.00 Registrasi Panitia
    09.00 – 09.10 Pembukaan dan arahan Direktur P2PTVZ MC
    09.10 – 10.10 Lesson learned kolaborasi multisektor dalam penanggulangan dengue di Kota Semarang Wakil Walikota Semarang Moderator
    10.10 - 11.10 Kontribusi dan peluang IAKMI dalam implementasi Stranas Pengendalian Dengue Sekjen Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Moderator
    11.10 - 12.10 Strategi Nasional Pengendalian Dengue 2021-2025 Tim Konsultan UGM Moderator
    12.10 - 12.30 Diskusi Moderator
    12.30 Penutup Moderator
  11. Laporan Kagiatan

PERTEMUAN FINALISASI

stranas Monday, 16 August 2021

PERTEMUAN FINALISASI

PENYUSUNAN STRATEGI NASIONAL PENGENDALIAN DENGUE INDONESIA 2021-2025

  1. Latar Belakang
  2. Dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat yang klasik pada abad 21 di daerah tropis dan sub tropis. Penyakit virus yang ditularkan melalui nyamuk Aedes ini cepat menyebar, dengan peningkatan 30 kali lipat selama 50 tahun terakhir di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 50–100 juta infeksi dengue terjadi setiap tahun dan hampir setengah dari populasi dunia tinggal di negara endemik dengue. Saat ini hampir 75% dari populasi global terpapar dengue di wilayah Asia-Pasifik. Epidemi dengue berdampak terhadap sistem pelayanan kesehatan dan kerugian ekonomi besar-besaran. Di beberapa negara, beban dengue sebanding dengan tuberkulosis dan penyakit menular lainnya. Kasus dengue (DBD) ditemukan pertama kali di Indonesia pada 1968 dan sejak tahun 2014 telah menyebar di 34 provinsi, berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung semakin meningkat angka kesakitannya dan sebaran wilayah yang terjangkit semakin luas. Pada tahun 2019 terdapat 138.127 kasus dengue dalam hal ini DBD (IR 51,48 per 100.000 penduduk) dengan kematian akibat DBD sejumlah 919 orang (CFR 0,67%). Angka kematian akibat demam berdarah menurun di bawah 1% sejak 2008, namun demikian secara absolut harus tetap menjadi perhatian. Persebaran dengue didorong oleh nyamuk yang mudah ditularkan oleh orang atau vektor yang terinfeksi melalui peningkatan perdagangan, perubahan penggunaan lahan dan perluasan urbanisasi. Tujuan dari strategi nasional adalah mengurangi beban dengue dengan mengurangi mortalitas dan morbiditas akibat dengue. Kematian akibat demam berdarah dapat diturunkan dengan penerapan deteksi dini kasus dan menguatkan sistem rujukan; menangani kasus yang parah dengan pengobatan yang tepat; reorientasi pelayanan kesehatan untuk mengidentifikasi kasus awal dan mengatasi wabah dengue secara efektif; dan melatih tenaga kesehatan di semua tingkat sistem kesehatan. Morbiditas dengue dapat dikurangi dengan menerapkan prediksi dan deteksi wabah yang lebih baik melalui surveilans epidemiologi dan entomologi yang terkoordinasi; mempromosikan prinsip-prinsip manajemen vektor terintegrasi; menerapkan langkah-langkah pengendalian vektor yang diadaptasi secara lokal termasuk pengelolaan air perkotaan dan rumah tangga yang efektif. Pencegahan dan pengendalian demam berdarah memerlukan pendekatan lintas sektoral yang efektif antara Kementerian Kesehatan dan kementerian terkait lainnya serta lembaga pemerintah, sektor swasta (termasuk penyedia layanan kesehatan swasta), organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal. Berbagi sumber daya merupakan aspek penting dalam koordinasi, dan sangat penting dalam situasi darurat ketika langka atau sumber daya manusia dan material yang tersebar luas harus dimobilisasi dengan cepat dan penggunaannya dikoordinasikan untuk mengurangi efek epidemi. Jejaring pengendalian dengue dapat membantu meningkatkan dan mensinergikan kekuatan mitra sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencegahan dan pengendalian dengue. Keberhasilan program pengendalian demam berdarah ditandai dengan kesiapsiagaan dan respon multisektor dan antarlembaga. Strategi Nasional mengedepankan koordinasi dan kolaborasi di antara mitra multisektor, pendekatan manajemen vektor terintegrasi dan langkah-langkah pengendalian berkelanjutan di semua tingkatan sehingga berkelanjutan, hemat biaya, dan sehat secara ekologis. Mempertimbangkan hal tersebut, dipandang perlu menyusun Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025 sebagai acuan dan pedoman pelaksanaan strategi dan intervensi dalam penanggulangan dengue dalam periode lima tahun ke depan.

  3. Tujuan
  4. Mendapatkan masukan dan respon dari lintas program, lintas sektor, mitra, dan pelaksana di daerah dalam pencapaian target pengendalian dengue.

  5. Pelaksanaan
  6. Bagi peserta domisili DKI Jakarta dapat mengikuti secara luring (tatap muka) terbatas dan bagi peserta luar DKI Jakarta dapat mengikuti secara daring, yang dilaksanakan pada:

    hari, tanggal : Rabu, 2 Juni 2021
    jam : 08.00 – 16.00 WIB
    tempat luring : Westin Hotel Jakarta Selatan
    daring : melalui zoom

  7. Peserta
  8. Tim Konsultan UGM, Lintas Program, Lintas Sektor, WHO Indonesia, Mitra

  9. Jadwal Kegiatan
  10. Waktu (WIB) Kegiatan Narasumber Moderator
    08.00 – 09.00 Registrasi Panitia
    09.00 – 09.10 Pembukaan Koordinator Kelompok Substansi Arbovirosis, Dit.P2PTVZ MC
    09.10 – 10.10 Kontribusi dan peran Kemeninfo dalam diseminasi informasi kesehatan penanggulangan dengue (DBD) Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kemeninfo Moderator
    10.10 – 11.10 Manajemen klinis dengue menuju zero death dengue Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K) (Ketua ITAGI) Moderator
    11.10 – 12.10 Manajemen vektor dalam rangka penanggulangan dengue menuju zero death dengue Prof. Dr. Mohammad Sudomo (Ketua Komli Vektor) Moderator
    12.10 – 13.30 ISHOMA
    13.30 – 15.00 Potensi anggaran dan pendanaan program dengue Substansi Vektor Substansi Vektor Moderator
    09.05 – 09.15 Paparan draf strategi nasional Tim Konsultan Moderator
    15.00 – 16.00 Diskusi Tim Konsultan Moderator
    16.00 Penutup MC
  11. Laporan Kagiatan

WORKSHOP 8. ANGGARAN DAN PENDANAAN

stranas Monday, 16 August 2021

WORKSHOP 8. ANGGARAN DAN PENDANAAN

PENYUSUNAN STRATEGI NASIONAL PENGENDALIAN DENGUE INDONESIA 2021-2025

  1. Latar Belakang
  2. Dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat yang klasik pada abad 21 di daerah tropis dan sub tropis. Penyakit virus yang ditularkan melalui nyamuk Aedes ini cepat menyebar, dengan peningkatan 30 kali lipat selama 50 tahun terakhir di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 50–100 juta infeksi dengue terjadi setiap tahun dan hampir setengah dari populasi dunia tinggal di negara endemik dengue. Saat ini hampir 75% dari populasi global terpapar dengue di wilayah Asia-Pasifik. Epidemi dengue berdampak terhadap sistem pelayanan kesehatan dan kerugian ekonomi besar-besaran. Di beberapa negara, beban dengue sebanding dengan tuberkulosis dan penyakit menular lainnya. Kasus dengue (DBD) ditemukan pertama kali di Indonesia pada 1968 dan sejak tahun 2014 telah menyebar di 34 provinsi, berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung semakin meningkat angka kesakitannya dan sebaran wilayah yang terjangkit semakin luas. Pada tahun 2019 terdapat 138.127 kasus dengue dalam hal ini DBD (IR 51,48 per 100.000 penduduk) dengan kematian akibat DBD sejumlah 919 orang (CFR 0,67%). Angka kematian akibat demam berdarah menurun di bawah 1% sejak 2008, namun demikian secara absolut harus tetap menjadi perhatian. Persebaran dengue didorong oleh nyamuk yang mudah ditularkan oleh orang atau vektor yang terinfeksi melalui peningkatan perdagangan, perubahan penggunaan lahan dan perluasan urbanisasi. Tujuan dari strategi nasional adalah mengurangi beban dengue dengan mengurangi mortalitas dan morbiditas akibat dengue. Kematian akibat demam berdarah dapat diturunkan dengan penerapan deteksi dini kasus dan menguatkan sistem rujukan; menangani kasus yang parah dengan pengobatan yang tepat; reorientasi pelayanan kesehatan untuk mengidentifikasi kasus awal dan mengatasi wabah dengue secara efektif; dan melatih tenaga kesehatan di semua tingkat sistem kesehatan. Morbiditas dengue dapat dikurangi dengan menerapkan prediksi dan deteksi wabah yang lebih baik melalui surveilans epidemiologi dan entomologi yang terkoordinasi; mempromosikan prinsip-prinsip manajemen vektor terintegrasi; menerapkan langkah-langkah pengendalian vektor yang diadaptasi secara lokal termasuk pengelolaan air perkotaan dan rumah tangga yang efektif. Pencegahan dan pengendalian demam berdarah memerlukan pendekatan lintas sektoral yang efektif antara Kementerian Kesehatan dan kementerian terkait lainnya serta lembaga pemerintah, sektor swasta (termasuk penyedia layanan kesehatan swasta), organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal. Berbagi sumber daya merupakan aspek penting dalam koordinasi, dan sangat penting dalam situasi darurat ketika langka atau sumber daya manusia dan material yang tersebar luas harus dimobilisasi dengan cepat dan penggunaannya dikoordinasikan untuk mengurangi efek epidemi. Jejaring pengendalian dengue dapat membantu meningkatkan dan mensinergikan kekuatan mitra sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencegahan dan pengendalian dengue. Keberhasilan program pengendalian demam berdarah ditandai dengan kesiapsiagaan dan respon multisektor dan antarlembaga. Strategi Nasional mengedepankan koordinasi dan kolaborasi di antara mitra multisektor, pendekatan manajemen vektor terintegrasi dan langkah-langkah pengendalian berkelanjutan di semua tingkatan sehingga berkelanjutan, hemat biaya, dan sehat secara ekologis. Mempertimbangkan hal tersebut, dipandang perlu menyusun Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025 sebagai acuan dan pedoman pelaksanaan strategi dan intervensi dalam penanggulangan dengue dalam periode lima tahun ke depan.

  3. Tujuan
    1. Mengidentifikasi kegiatan utama dan penanggung jawab kegiatan/implementer masing-masing strategi dan intervensi;
    2. Mengidentifikasi potensi sumber pendanaan untuk 5 tahun ke depan.
  4. Pelaksanaan
  5. Bagi peserta domisili DKI Jakarta dapat mengikuti secara luring (tatap muka) terbatas sejumlah 27 orang dan bagi peserta luar DKI Jakarta dapat mengikuti secara daring, yang akan dilaksanakan pada:

    hari, tanggal : Rabu, 5 Mei 2021
    jam : 08.00 – 12.00 WIB
    tempat luring : Westin Hotel Jakarta Selatan
    daring : melalui zoom

  6. Peserta
  7. Tim Konsultan UGM, Lintas Program, Lintas Sektor, Bappeda, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, WHO Indonesia

  8. Jadwal Kegiatan
  9. Waktu (WIB) Kegiatan Narasumber Moderator
    08.00 – 08.10 Pembukaan Koordinator Kelompok Substansi Arbovirosis, Dit.P2PTVZ MC
    08.10 – 08.20 Potensi anggaran dan pendanaan program dengue Yankes Primer Yankes Primer Moderator
    08.20 – 08.30 Potensi anggaran dan pendanaan program dengue Yankes Rujukan Yankes Rujukan Moderator
    08.30 – 08.40 Potensi anggaran dan pendanaan program dengue Imunisasi Imunisasi Moderator
    08.40 – 08.55 Diskusi panel: Yankes Primer, Yankes Rujukan, dan Imunisasi Moderator
    08.55 – 09.05 Potensi anggaran dan pendanaan program dengue Substansi Vektor Substansi Vektor Moderator
    09.05 – 09.15 Potensi anggaran dan pendanaan program dengue Kesling Kesling Moderator
    09.15 – 09.30 Diskusi panel: Substansi Vektor dan Kesling Kesling Moderator
    09.30 – 10.00 Pemaparan draf Strategi Nasional Pengendalian Dengue Tim konsultan Moderator
    10.00 – 12.00 Diskusi kelompok (breakout room) Fasilitator Fasilitator
    12.00 Penutup MC
  10. Laporan Kagiatan

WORKSHOP 7. RENCANA PEMBIAYAAN PROGRAM DAN PENYUSUNAN ANGGARAN

stranas Friday, 21 May 2021

WORKSHOP 7. RENCANA PEMBIAYAAN PROGRAM DAN PENYUSUNAN ANGGARAN

PENYUSUNAN STRATEGI NASIONAL PENGENDALIAN DENGUE INDONESIA 2021-2025

  1. Latar Belakang
  2. Dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat yang klasik pada abad 21 di daerah tropis dan sub tropis. Penyakit virus yang ditularkan melalui nyamuk Aedes ini cepat menyebar, dengan peningkatan 30 kali lipat selama 50 tahun terakhir di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 50–100 juta infeksi dengue terjadi setiap tahun dan hampir setengah dari populasi dunia tinggal di negara endemik dengue. Saat ini hampir 75% dari populasi global terpapar dengue di wilayah Asia-Pasifik. Epidemi dengue berdampak terhadap sistem pelayanan kesehatan dan kerugian ekonomi besar-besaran. Di beberapa negara, beban dengue sebanding dengan tuberkulosis dan penyakit menular lainnya. Kasus dengue (DBD) ditemukan pertama kali di Indonesia pada 1968 dan sejak tahun 2014 telah menyebar di 34 provinsi, berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung semakin meningkat angka kesakitannya dan sebaran wilayah yang terjangkit semakin luas. Pada tahun 2019 terdapat 138.127 kasus dengue dalam hal ini DBD (IR 51,48 per 100.000 penduduk) dengan kematian akibat DBD sejumlah 919 orang (CFR 0,67%). Angka kematian akibat demam berdarah menurun di bawah 1% sejak 2008, namun demikian secara absolut harus tetap menjadi perhatian. Persebaran dengue didorong oleh nyamuk yang mudah ditularkan oleh orang atau vektor yang terinfeksi melalui peningkatan perdagangan, perubahan penggunaan lahan dan perluasan urbanisasi. Tujuan dari strategi nasional adalah mengurangi beban dengue dengan mengurangi mortalitas dan morbiditas akibat dengue. Kematian akibat demam berdarah dapat diturunkan dengan penerapan deteksi dini kasus dan menguatkan sistem rujukan; menangani kasus yang parah dengan pengobatan yang tepat; reorientasi pelayanan kesehatan untuk mengidentifikasi kasus awal dan mengatasi wabah dengue secara efektif; dan melatih tenaga kesehatan di semua tingkat sistem kesehatan. Morbiditas dengue dapat dikurangi dengan menerapkan prediksi dan deteksi wabah yang lebih baik melalui surveilans epidemiologi dan entomologi yang terkoordinasi; mempromosikan prinsip-prinsip manajemen vektor terintegrasi; menerapkan langkah-langkah pengendalian vektor yang diadaptasi secara lokal termasuk pengelolaan air perkotaan dan rumah tangga yang efektif. Pencegahan dan pengendalian demam berdarah memerlukan pendekatan lintas sektoral yang efektif antara Kementerian Kesehatan dan kementerian terkait lainnya serta lembaga pemerintah, sektor swasta (termasuk penyedia layanan kesehatan swasta), organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal. Berbagi sumber daya merupakan aspek penting dalam koordinasi, dan sangat penting dalam situasi darurat ketika langka atau sumber daya manusia dan material yang tersebar luas harus dimobilisasi dengan cepat dan penggunaannya dikoordinasikan untuk mengurangi efek epidemi. Jejaring pengendalian dengue dapat membantu meningkatkan dan mensinergikan kekuatan mitra sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencegahan dan pengendalian dengue. Keberhasilan program pengendalian demam berdarah ditandai dengan kesiapsiagaan dan respon multisektor dan antarlembaga. Strategi Nasional mengedepankan koordinasi dan kolaborasi di antara mitra multisektor, pendekatan manajemen vektor terintegrasi dan langkah-langkah pengendalian berkelanjutan di semua tingkatan sehingga berkelanjutan, hemat biaya, dan sehat secara ekologis. Mempertimbangkan hal tersebut, dipandang perlu menyusun Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025 sebagai acuan dan pedoman pelaksanaan strategi dan intervensi dalam penanggulangan dengue dalam periode lima tahun ke depan.

  3. Tujuan
  4. Mengidentifikasi rencana implementasi dan pembiayaan program pengendalian dengue.

  5. Pelaksanaan
  6. Bagi peserta domisili DKI Jakarta dapat mengikuti secara luring (tatap muka) terbatas sejumlah 27 orang dan bagi peserta luar DKI Jakarta dapat mengikuti secara daring, yang akan dilaksanakan pada:

    hari, tanggal : Senin, 26 April 2021
    jam : 13.00 WIB s.d. selesai
    daring : melalui zoom

  7. Peserta
  8. Substansi Arbovirosis, Tim Konsultan UGM

  9. Jadwal Kegiatan (tentative)
  10. Waktu (WIB) Kegiatan Narasumber Moderator
    13.00 – 13.10 Pembukaan Koordinator Kelompok Substansi Arbovirosis, Dit.P2PTVZ MC
    13.10 – 15.10 Paparan draf Strategi Nasional dan diskusi Tim Konsultan MC
    15.00 Penutup MC
  11. Laporan Kagiatan

WORKSHOP 6. STRATEGI IMPLEMENTASI DAN MONITORING DAN EVALUASI

stranas Friday, 21 May 2021

WORKSHOP 6. STRATEGI IMPLEMENTASI DAN MONITORING DAN EVALUASI

PENYUSUNAN STRATEGI NASIONAL PENGENDALIAN DENGUE INDONESIA 2021-2025

  1. Latar Belakang
  2. Dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat yang klasik pada abad 21 di daerah tropis dan sub tropis. Penyakit virus yang ditularkan melalui nyamuk Aedes ini cepat menyebar, dengan peningkatan 30 kali lipat selama 50 tahun terakhir di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 50–100 juta infeksi dengue terjadi setiap tahun dan hampir setengah dari populasi dunia tinggal di negara endemik dengue. Saat ini hampir 75% dari populasi global terpapar dengue di wilayah Asia-Pasifik. Epidemi dengue berdampak terhadap sistem pelayanan kesehatan dan kerugian ekonomi besar-besaran. Di beberapa negara, beban dengue sebanding dengan tuberkulosis dan penyakit menular lainnya. Kasus dengue (DBD) ditemukan pertama kali di Indonesia pada 1968 dan sejak tahun 2014 telah menyebar di 34 provinsi, berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung semakin meningkat angka kesakitannya dan sebaran wilayah yang terjangkit semakin luas. Pada tahun 2019 terdapat 138.127 kasus dengue dalam hal ini DBD (IR 51,48 per 100.000 penduduk) dengan kematian akibat DBD sejumlah 919 orang (CFR 0,67%). Angka kematian akibat demam berdarah menurun di bawah 1% sejak 2008, namun demikian secara absolut harus tetap menjadi perhatian. Persebaran dengue didorong oleh nyamuk yang mudah ditularkan oleh orang atau vektor yang terinfeksi melalui peningkatan perdagangan, perubahan penggunaan lahan dan perluasan urbanisasi. Tujuan dari strategi nasional adalah mengurangi beban dengue dengan mengurangi mortalitas dan morbiditas akibat dengue. Kematian akibat demam berdarah dapat diturunkan dengan penerapan deteksi dini kasus dan menguatkan sistem rujukan; menangani kasus yang parah dengan pengobatan yang tepat; reorientasi pelayanan kesehatan untuk mengidentifikasi kasus awal dan mengatasi wabah dengue secara efektif; dan melatih tenaga kesehatan di semua tingkat sistem kesehatan. Morbiditas dengue dapat dikurangi dengan menerapkan prediksi dan deteksi wabah yang lebih baik melalui surveilans epidemiologi dan entomologi yang terkoordinasi; mempromosikan prinsip-prinsip manajemen vektor terintegrasi; menerapkan langkah-langkah pengendalian vektor yang diadaptasi secara lokal termasuk pengelolaan air perkotaan dan rumah tangga yang efektif. Pencegahan dan pengendalian demam berdarah memerlukan pendekatan lintas sektoral yang efektif antara Kementerian Kesehatan dan kementerian terkait lainnya serta lembaga pemerintah, sektor swasta (termasuk penyedia layanan kesehatan swasta), organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal. Berbagi sumber daya merupakan aspek penting dalam koordinasi, dan sangat penting dalam situasi darurat ketika langka atau sumber daya manusia dan material yang tersebar luas harus dimobilisasi dengan cepat dan penggunaannya dikoordinasikan untuk mengurangi efek epidemi. Jejaring pengendalian dengue dapat membantu meningkatkan dan mensinergikan kekuatan mitra sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencegahan dan pengendalian dengue. Keberhasilan program pengendalian demam berdarah ditandai dengan kesiapsiagaan dan respon multisektor dan antarlembaga. Strategi Nasional mengedepankan koordinasi dan kolaborasi di antara mitra multisektor, pendekatan manajemen vektor terintegrasi dan langkah-langkah pengendalian berkelanjutan di semua tingkatan sehingga berkelanjutan, hemat biaya, dan sehat secara ekologis. Mempertimbangkan hal tersebut, dipandang perlu menyusun Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025 sebagai acuan dan pedoman pelaksanaan strategi dan intervensi dalam penanggulangan dengue dalam periode lima tahun ke depan.

  3. Tujuan
    1. Mengidentifikasi program kunci/utama untuk masing-masing strategi;
    2. Mengidentifikasi tantangan dalam implementasi serta monitoring dan evaluasi program pengendalian dengue.
    3. Meningkatkan awareness lintas sektor pada penanggulangan dengue memperkuat kontribusi multisektor sesuai perannya dalam penanggulangan dengue.
  4. Pelaksanaan
  5. Bagi peserta domisili DKI Jakarta dapat mengikuti secara luring (tatap muka) terbatas sejumlah 27 orang dan bagi peserta luar DKI Jakarta dapat mengikuti secara daring, yang akan dilaksanakan pada:

    hari, tanggal : Kamis, 22 April 2021
    Jam : 08.00 WIB s.d. selesai
    Tempat luring : JS Luwansa Hotel
    JI. H.R. Rasuna Said Kav.C-22 Jakarta Selatan
    Daring : Melalui Zoom

  6. Peserta
  7. Lintas Program, Lintas Sektor, tim konsultan UGM, WHO Indonesia

  8. Jadwal Kegiatan (tentative)
  9. Waktu (WIB) Kegiatan Narasumber Moderator
    08.20 – 08.30 Pembukaan Koordinator Kelompok Substansi Arbovirosis, Dit.P2PTVZ MC
    08.30 – 09.30 Lesson learn pemerintah daerah dalam program penanggulangan dengue di DKI Jakarta Kepala Biro Kesejahteraan Sosial, Setda Provinsi DKI Jakarta Moderator
    09.30 – 10.30 Advokasi peraturan desa dalam rangka mendukung penanggulangan dengue (DBD) Direktur Pengembangan Sosial Budaya dan Lingkungan Desa dan Perdesaan, Ditjen Pembangunan Desa dan Perdesaan Moderator
    10.30 – 11.30 Lesson learn kontribusi Bappeda dalam menyusun program kesehatan pada daerah yang terindikasi endemik dengue Kepala Bappeda Kabupaten Banyumas Jateng Moderator
    11.30 – 13.00
  10. Pemaparan draf Strategi Nasional Pengendalian Dengue
  11. Tim konsultan Moderator
    13.00 Penutup MC
  12. Laporan Kagiatan

WORKSHOP 5. PROGRAM PENYUSUNAN STRATEGI NASIONAL PENGENDALIAN DENGUE INDONESIA 2021-2025

stranas Thursday, 29 April 2021

WORKSHOP 5. PROGRAM

PENYUSUNAN STRATEGI NASIONAL PENGENDALIAN DENGUE INDONESIA 2021-2025

  1. Latar Belakang
  2. Dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat yang klasik pada abad 21 di daerah tropis dan sub tropis. Penyakit virus yang ditularkan melalui nyamuk Aedes ini cepat menyebar, dengan peningkatan 30 kali lipat selama 50 tahun terakhir di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 50–100 juta infeksi dengue terjadi setiap tahun dan hampir setengah dari populasi dunia tinggal di negara endemik dengue. Saat ini hampir 75% dari populasi global terpapar dengue di wilayah Asia-Pasifik. Epidemi dengue berdampak terhadap sistem pelayanan kesehatan dan kerugian ekonomi besar-besaran. Di beberapa negara, beban dengue sebanding dengan tuberkulosis dan penyakit menular lainnya. Kasus dengue (DBD) ditemukan pertama kali di Indonesia pada 1968 dan sejak tahun 2014 telah menyebar di 34 provinsi, berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung semakin meningkat angka kesakitannya dan sebaran wilayah yang terjangkit semakin luas. Pada tahun 2019 terdapat 138.127 kasus dengue dalam hal ini DBD (IR 51,48 per 100.000 penduduk) dengan kematian akibat DBD sejumlah 919 orang (CFR 0,67%). Angka kematian akibat demam berdarah menurun di bawah 1% sejak 2008, namun demikian secara absolut harus tetap menjadi perhatian. Persebaran dengue didorong oleh nyamuk yang mudah ditularkan oleh orang atau vektor yang terinfeksi melalui peningkatan perdagangan, perubahan penggunaan lahan dan perluasan urbanisasi. Tujuan dari strategi nasional adalah mengurangi beban dengue dengan mengurangi mortalitas dan morbiditas akibat dengue. Kematian akibat demam berdarah dapat diturunkan dengan penerapan deteksi dini kasus dan menguatkan sistem rujukan; menangani kasus yang parah dengan pengobatan yang tepat; reorientasi pelayanan kesehatan untuk mengidentifikasi kasus awal dan mengatasi wabah dengue secara efektif; dan melatih tenaga kesehatan di semua tingkat sistem kesehatan. Morbiditas dengue dapat dikurangi dengan menerapkan prediksi dan deteksi wabah yang lebih baik melalui surveilans epidemiologi dan entomologi yang terkoordinasi; mempromosikan prinsip-prinsip manajemen vektor terintegrasi; menerapkan langkah-langkah pengendalian vektor yang diadaptasi secara lokal termasuk pengelolaan air perkotaan dan rumah tangga yang efektif. Pencegahan dan pengendalian demam berdarah memerlukan pendekatan lintas sektoral yang efektif antara Kementerian Kesehatan dan kementerian terkait lainnya serta lembaga pemerintah, sektor swasta (termasuk penyedia layanan kesehatan swasta), organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal. Berbagi sumber daya merupakan aspek penting dalam koordinasi, dan sangat penting dalam situasi darurat ketika langka atau sumber daya manusia dan material yang tersebar luas harus dimobilisasi dengan cepat dan penggunaannya dikoordinasikan untuk mengurangi efek epidemi. Jejaring pengendalian dengue dapat membantu meningkatkan dan mensinergikan kekuatan mitra sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencegahan dan pengendalian dengue. Keberhasilan program pengendalian demam berdarah ditandai dengan kesiapsiagaan dan respon multisektor dan antarlembaga. Strategi Nasional mengedepankan koordinasi dan kolaborasi di antara mitra multisektor, pendekatan manajemen vektor terintegrasi dan langkah-langkah pengendalian berkelanjutan di semua tingkatan sehingga berkelanjutan, hemat biaya, dan sehat secara ekologis. Mempertimbangkan hal tersebut, dipandang perlu menyusun Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025 sebagai acuan dan pedoman pelaksanaan strategi dan intervensi dalam penanggulangan dengue dalam periode lima tahun ke depan.

  3. Tujuan
    1. Mengidentifikasi tantangan dalam implementasi program pengendalian dengue;
    2. Memperoleh masukan dari lintas program, lintas sektor, mitra, dan pelaksana di daerah terkait peluang untuk memperkuat program penanggulangan dengue;
    3. Meningkatkan awareness lintas sektor pada penanggulangan dengue memperkuat kontribusi multisektor sesuai perannya dalam penanggulangan dengue.
  4. Pelaksanaan
  5. Bagi peserta domisili DKI Jakarta dapat mengikuti secara luring (tatap muka) terbatas sejumlah 27 orang dan bagi peserta luar DKI Jakarta dapat mengikuti secara daring, yang akan dilaksanakan pada:

    Hari/tanggal : Senin, 19 April 2021
    Jam : 08.00 WIB s.d. selesai
    Tempat luring : Hotel Westin - Jl. H. R. Rasuna Said Kav. C-22 A Jakarta Selatan
    Meeting ID : 735 456 6414
    Password : arbo

  6. Peserta
  7. Lintas Program, Lintas Sektor, tim konsultan UGM, WHO Indonesia

  8. Jadwal Kegiatan (tentative)
  9. Waktu (WIB) Kegiatan Narasumber
    08.20 – 08.30 Pembukaan Koordinator Kelompok Substansi Arbovirosis, Dit.P2PTVZ
    08.30 – 09.30 Implementasi program pendidikan diniyah dan pondok pesantren dalam mendukung penanggulangan dengue di Indonesia Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Kementerian Agama
    09.30 – 10.30 Penguatan kurikulum ekstrakurikuler pendidikan sekolah dasar dan menengah dalam mendukung penanggulangan dengue di Indonesia Direktur Sekolah Dasar, Ditjen PAUD Dikdas Dikmen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
    10.30 – 11.30 Kontribusi partisipasi masyarakat dalam penanggulangan dengue di Indonesia Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
    10.30 – 11.00
  10. Pemaparan draf Strategi Nasional Pengendalian Dengue
  11. Tim konsultan
    11.00 – 11.10 Pembagian breakout room
    11.10 – 12.20 Diskusi kelompok Dalam 6 kelompok
    12.20 – 12.30 Kembali ke room utama
    12.30 – 14.00 Pemaparan hasil masing-masing kelompok Perwakilan kelompok
    14.00 Penutup Koordinator Kelompok Substansi Arbovirosis
  12. Laporan Kagiatan

WORKSHOP 5. PROGRAM PENYUSUNAN STRATEGI NASIONAL PENGENDALIAN DENGUE INDONESIA 2021-2025

stranas Monday, 26 April 2021

WORKSHOP 5. PROGRAM

PENYUSUNAN STRATEGI NASIONAL PENGENDALIAN DENGUE INDONESIA 2021-2025

  1. Latar Belakang
  2. Dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat yang klasik pada abad 21 di daerah tropis dan sub tropis. Penyakit virus yang ditularkan melalui nyamuk Aedes ini cepat menyebar, dengan peningkatan 30 kali lipat selama 50 tahun terakhir di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 50–100 juta infeksi dengue terjadi setiap tahun dan hampir setengah dari populasi dunia tinggal di negara endemik dengue. Saat ini hampir 75% dari populasi global terpapar dengue di wilayah Asia-Pasifik. Epidemi dengue berdampak terhadap sistem pelayanan kesehatan dan kerugian ekonomi besar-besaran. Di beberapa negara, beban dengue sebanding dengan tuberkulosis dan penyakit menular lainnya. Kasus dengue (DBD) ditemukan pertama kali di Indonesia pada 1968 dan sejak tahun 2014 telah menyebar di 34 provinsi, berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung semakin meningkat angka kesakitannya dan sebaran wilayah yang terjangkit semakin luas. Pada tahun 2019 terdapat 138.127 kasus dengue dalam hal ini DBD (IR 51,48 per 100.000 penduduk) dengan kematian akibat DBD sejumlah 919 orang (CFR 0,67%). Angka kematian akibat demam berdarah menurun di bawah 1% sejak 2008, namun demikian secara absolut harus tetap menjadi perhatian. Persebaran dengue didorong oleh nyamuk yang mudah ditularkan oleh orang atau vektor yang terinfeksi melalui peningkatan perdagangan, perubahan penggunaan lahan dan perluasan urbanisasi. Tujuan dari strategi nasional adalah mengurangi beban dengue dengan mengurangi mortalitas dan morbiditas akibat dengue. Kematian akibat demam berdarah dapat diturunkan dengan penerapan deteksi dini kasus dan menguatkan sistem rujukan; menangani kasus yang parah dengan pengobatan yang tepat; reorientasi pelayanan kesehatan untuk mengidentifikasi kasus awal dan mengatasi wabah dengue secara efektif; dan melatih tenaga kesehatan di semua tingkat sistem kesehatan. Morbiditas dengue dapat dikurangi dengan menerapkan prediksi dan deteksi wabah yang lebih baik melalui surveilans epidemiologi dan entomologi yang terkoordinasi; mempromosikan prinsip-prinsip manajemen vektor terintegrasi; menerapkan langkah-langkah pengendalian vektor yang diadaptasi secara lokal termasuk pengelolaan air perkotaan dan rumah tangga yang efektif. Pencegahan dan pengendalian demam berdarah memerlukan pendekatan lintas sektoral yang efektif antara Kementerian Kesehatan dan kementerian terkait lainnya serta lembaga pemerintah, sektor swasta (termasuk penyedia layanan kesehatan swasta), organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal. Berbagi sumber daya merupakan aspek penting dalam koordinasi, dan sangat penting dalam situasi darurat ketika langka atau sumber daya manusia dan material yang tersebar luas harus dimobilisasi dengan cepat dan penggunaannya dikoordinasikan untuk mengurangi efek epidemi. Jejaring pengendalian dengue dapat membantu meningkatkan dan mensinergikan kekuatan mitra sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencegahan dan pengendalian dengue. Keberhasilan program pengendalian demam berdarah ditandai dengan kesiapsiagaan dan respon multisektor dan antarlembaga. Strategi Nasional mengedepankan koordinasi dan kolaborasi di antara mitra multisektor, pendekatan manajemen vektor terintegrasi dan langkah-langkah pengendalian berkelanjutan di semua tingkatan sehingga berkelanjutan, hemat biaya, dan sehat secara ekologis. Mempertimbangkan hal tersebut, dipandang perlu menyusun Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025 sebagai acuan dan pedoman pelaksanaan strategi dan intervensi dalam penanggulangan dengue dalam periode lima tahun ke depan.

  3. Tujuan
    1. Mengidentifikasi tantangan dalam implementasi program pengendalian dengue;
    2. Memperoleh masukan dari lintas program, lintas sektor, mitra, dan pelaksana di daerah terkait peluang untuk memperkuat program penanggulangan dengue;
    3. Meningkatkan awareness lintas sektor pada penanggulangan dengue memperkuat kontribusi multisektor sesuai perannya dalam penanggulangan dengue.
  4. Pelaksanaan
  5. Bagi peserta domisili DKI Jakarta dapat mengikuti secara luring (tatap muka) terbatas sejumlah 27 orang dan bagi peserta luar DKI Jakarta dapat mengikuti secara daring, yang akan dilaksanakan pada:
    hari, tanggal : Senin, 19 April 2021
    jam : 08.00 WIB s.d. selesai
    tempat luring : Hotel Westin - JI. H.R. Rasuna Said Kav.C-22 A Jakarta Selatan
    daring : melalui zoom meeting

  6. Peserta
  7. Lintas Program, Lintas Sektor, tim konsultan UGM, WHO Indonesia

  8. Jadwal Kegiatan (tentative)
  9. Waktu (WIB) Kegiatan Narasumber
    08.20 – 08.30 Pembukaan Koordinator Kelompok Substansi Arbovirosis, Dit.P2PTVZ
    08.30 – 09.30 Implementasi program pendidikan diniyah dan pondok pesantren dalam mendukung penanggulangan dengue di Indonesia Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Kementerian Agama
    10.30 – 11.30 Kontribusi partisipasi masyarakat dalam penanggulangan dengue di Indonesia Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
    10.30 – 11.00 Pemaparan draf Strategi Nasional Pengendalian Dengue Tim Konsultan
    11.00 – 11.10 Pembagian breakout room
    11.10 – 12.20 Diskusi kelompok Dalam 6 kelompok
    12.20 – 12.30 Kembali ke room utama
    12.30 – 14.00 Pemaparan hasil masing-masing kelompok Perwakilan kelompok
    14.00 Penutup Koordinator Kelompok Substansi Arbovirosis
  10. Laporan Kagiatan

WORKSHOP 4: ISU STRATEGIS, TUJUAN, TARGET, DAN REVIEW STRATEGI

stranas Monday, 26 April 2021

WORKSHOP 4: ISU STRATEGIS, TUJUAN, TARGET, DAN REVIEW STRATEGI

PENYUSUNAN STRATEGI NASIONAL PENGENDALIAN DENGUE INDONESIA 2021-2025

  1. Latar Belakang
  2. Dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat yang klasik pada abad 21 di daerah tropis dan sub tropis. Penyakit virus yang ditularkan melalui nyamuk Aedes ini cepat menyebar, dengan peningkatan 30 kali lipat selama 50 tahun terakhir di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 50–100 juta infeksi dengue terjadi setiap tahun dan hampir setengah dari populasi dunia tinggal di negara endemik dengue. Saat ini hampir 75% dari populasi global terpapar dengue di wilayah Asia-Pasifik. Epidemi dengue berdampak terhadap sistem layanan kesehatan dan kerugian ekonomi besar-besaran. Di beberapa negara, beban dengue sebanding dengan tuberkulosis dan penyakit menular lainnya. Kasus dengue (DBD) ditemukan pertama kali di Indonesia pada 1968 dan sejak tahun 2014 telah menyebar di 34 provinsi, berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung semakin meningkat angka kesakitannya dan sebaran wilayah yang terjangkit semakin luas. Pada tahun 2019 terdapat 138.127 kasus dengue dalam hal ini DBD (IR 51,48 per 100.000 penduduk) dengan kematian akibat DBD sejumlah 919 orang (CFR 0,67%). Angka kematian akibat demam berdarah menurun di bawah 1% sejak 2008, namun demikian secara absolut harus tetap menjadi perhatian. Persebaran dengue didorong oleh nyamuk yang mudah ditularkan oleh orang atau vektor yang terinfeksi melalui peningkatan perdagangan, perubahan penggunaan lahan dan perluasan urbanisasi. Tujuan dari strategi nasional adalah mengurangi beban dengue dengan mengurangi mortalitas dan morbiditas akibat dengue. Kematian akibat demam berdarah dapat diturunkan dengan penerapan deteksi dini kasus dan menguatkan sistem rujukan; menangani kasus yang parah dengan pengobatan yang tepat; reorientasi layanan kesehatan untuk mengidentifikasi kasus awal dan mengatasi wabah dengue secara efektif; dan melatih tenaga kesehatan di semua tingkat sistem kesehatan. Morbiditas dengue dapat dikurangi dengan menerapkan prediksi dan deteksi wabah yang lebih baik melalui surveilans epidemiologi dan entomologi yang terkoordinasi; mempromosikan prinsip-prinsip manajemen vektor terintegrasi; menerapkan langkah-langkah pengendalian vektor yang diadaptasi secara lokal termasuk pengelolaan air perkotaan dan rumah tangga yang efektif. Pencegahan dan pengendalian demam berdarah memerlukan pendekatan lintas sektoral yang efektif antara Kementerian Kesehatan dan kementerian terkait lainnya serta lembaga pemerintah, sektor swasta (termasuk penyedia layanan kesehatan swasta), organisasi non- pemerintah, dan masyarakat lokal. Berbagi sumber daya merupakan aspek penting dalam koordinasi, dan sangat penting dalam situasi darurat ketika langka atau sumber daya manusia dan material yang tersebar luas harus dimobilisasi dengan cepat dan penggunaannya dikoordinasikan untuk mengurangi efek epidemi. Jejaring pengendalian dengue dapat membantu meningkatkan dan mensinergikan kekuatan mitra sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencegahan dan pengendalian dengue. Keberhasilan program pengendalian demam berdarah ditandai dengan kesiapsiagaan dan respons multisektoral dan antarlembaga. Strategi nasional mengedepankan koordinasi dan kolaborasi di antara mitra multisektoral, pendekatan manajemen vektor terintegrasi dan langkah-langkah pengendalian berkelanjutan di semua tingkatan sehingga berkelanjutan, hemat biaya, dan sehat secara ekologis. Mempertimbangkan hal tersebut, dipandang perlu menyusun Strategi Nasional Penanggulangan dengue 2021-2025 sebagai acuan dan pedoman pelaksanaan strategi dan intervensi dalam penanggulangan dengue dalam periode lima tahun kedepan.

  3. Tujuan
    1. Menggali isu strategis maupun tantangan yang berkaitan dengan program pencegahan dan pengendalian dengue;
    2. Mengidentifikasi analisis strength, weakness, opportunity, and threat (SWOT);
    3. Memformulasikan tujuan dan target stranas dan indikator target tahunan;
    4. Mengidentifikasi strategi utama pengendalian dengue untuk mencapai tujuan yang ditargetkan.
  4. Pelaksanaan
  5. Bagi peserta domisili DKI Jakarta dapat mengikuti secara luring (tatap muka) dan bagi peserta luar DKI Jakarta dapat mengikuti secara daring, yang akan dilaksanakan pada:

    Hari/tanggal Kamis, 15 April 2021
    Jam : 08.00-12.00 WIB
    Tempat luring : Hotel Westin - Jl. H. R. Rasuna Said Kav. C-22 A Jakarta Selatan
    Meeting ID : 735 456 6414
    Password : arbo

  6. Peserta
  7. Lintas Program, Lintas Sektor, tim konsultan UGM, WHO Indonesia

  8. Biaya
  9. Pendanaan penyusunan Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025 ini dibiayai dari dana WHO.

  10. Jadwal Kegiatan (tentative)
  11. Waktu (WIB) Kegiatan Narasumber
    08.30-08.55 Peserta bergabung zoom Substansi Arbovirosis
    09.00-09.15 Pembukaan dan pengantar Koordinator Substansi Arbovirosis dr. Tiffany Tiara Pakasi
    09.00-09.15 Proyeksi target indikator menuju zero death dengue dr. Iwan Ariawan, MSPH (Biostatistik UI)
    09.15-09.30 Peran dan dukungan PDUI dalam rangka menurunkan angka kematian (zero death) akibat dengue Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Indonesia (PDUI)
    09.30-09.45
  12. Lesson learn
  13. penentuan target dan indikator dalam Stranas Penanggulangan Malaria
    dr. Ferdinand J. Laihad MPHM Komli Ketua Komisi Penilaian Eliminasi Malaria
    09.45-10.00 Diskusi panel (tanya jawab)
    10.00-10.30 Paparan draft isu strategis, tujuan, target, strategi Tim konsultan
    10.30-11.45 Diskusi dan masukan Tim konsultan
    11.45-11.55 Wrap up Moderator/MC
    11.55-12.00 Penutup
  14. Laporan Kagiatan

WORKSHOP 3. ANALISIS STRATEGI PENYUSUNAN

stranas Monday, 26 April 2021

WORKSHOP 3. ANALISIS STRATEGI

PENYUSUNAN STRATEGI NASIONAL PENGENDALIAN DENGUE INDONESIA 2021-2025

  1. Latar Belakang
  2. Dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat yang klasik pada abad 21 di daerah tropis dan sub tropis. Penyakit virus yang ditularkan melalui nyamuk Aedes ini cepat menyebar, dengan peningkatan 30 kali lipat selama 50 tahun terakhir di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 50–100 juta infeksi dengue terjadi setiap tahun dan hampir setengah dari populasi dunia tinggal di negara endemik dengue. Saat ini hampir 75% dari populasi global terpapar dengue di wilayah Asia-Pasifik. Epidemi dengue berdampak terhadap sistem layanan kesehatan dan kerugian ekonomi besar-besaran. Di beberapa negara, beban dengue sebanding dengan Tuberkulosis dan penyakit menular lainnya. Kasus Dengue (DBD) ditemukan pertama kali di Indonesia pada 1968 dan sejak tahun 2014 telah menyebar di 34 provinsi, berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung semakin meningkat angka kesakitannya dan sebaran wilayah yang terjangkit semakin luas. Pada tahun 2020 terdapat 108.500 kasus dengue dalam hal ini DBD (IR 39.99 per 100.000 penduduk) dengan kematian akibat DBD sejumlah 749 orang (CFR 0,69%). Angka kematian akibat demam berdarah menurun di bawah 1% sejak 2008, namun demikian secara absolut harus tetap menjadi perhatian. Persebaran dengue didorong oleh nyamuk yang mudah ditularkan oleh orang atau vektor yang terinfeksi melalui peningkatan perdagangan, perubahan penggunaan lahan dan perluasan urbanisasi. Tujuan dari strategi nasional adalah menurunkan beban dengue dengan mengurangi mortalitas dan morbiditas akibat dengue. Kematian akibat demam berdarah dapat diturunkan diantaranya dengan penerapan deteksi dini kasus dan menguatkan sistem rujukan; menangani kasus yang parah dengan pengobatan yang tepat; reorientasi layanan kesehatan untuk mengidentifikasi kasus awal dan mengatasi wabah dengue secara efektif; dan melatih tenaga kesehatan di semua tingkat sistem kesehatan. Morbiditas dengue dapat dikurangi dengan menerapkan prediksi dan deteksi wabah yang lebih baik melalui surveilans epidemiologi dan entomologi yang terkoordinasi; mempromosikan prinsip-prinsip manajemen vektor terintegrasi; menerapkan langkah-langkah pengendalian vektor yang diadaptasi secara lokal termasuk pengelolaan air perkotaan dan rumah tangga yang efektif. Pencegahan dan pengendalian dengue memerlukan pendekatan lintas program maupun lintas sektoral yang efektif antara Kementerian Kesehatan dan kementerian terkait lainnya serta lembaga pemerintah, sektor swasta (termasuk penyedia layanan kesehatan swasta), organisasi non-pemerintah dan masyarakat lokal. Jejaring pengendalian dengue dapat membantu meningkatkan dan mensinergikan kekuatan mitra sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencegahan dan pengendalian dengue. Pemilihan intervensi dalam penanggulangan dengue menjadi hal yang amat penting. Agar dapat melaksanakan indikator kinerja program diperlukan adanya strategi nasional, dengan detail pelaksanaannya dijabarkan per tahun selama 5 tahun. Penyusunan Stranas Penanggulangan Dengue 2021-2025 telah dimulai pada bulan November 2020, dan diperlukan pembahasan secara detail dengan lintas program guna mengidentifikasi kesenjangan antara ekspektasi dan pelaksanaan program penanggulangan dengue di Indonesia.

  3. Tujuan
  4. Mengidentifikasi strategi utama pengendalian dengue untuk mencapai tujuan yang ditargetkan.

    Melakukan pembahasan draf Strategi Nasional Penanggulangan Dnegue 2021-2025

  5. Pelaksanaan
  6. Waktu : Senin, 12 April 2021
    Tempat : di lokasi masing-masing secara virtual

  7. Biaya
  8. Pendanaan penyusunan Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025 ini dibiayai dari dana WHO.

  9. Peserta
  10. Lintas Program, tim konsultan UGM, lintas program, lintas sektor WHO Indonesia, NGO, Komli Vektor, Eijkman, Dinas Kesehatan.

  11. Jadwal Kegiatan
  12. Pertemuan Pembahasan Stranas

    Waktu (WIB) Kegiatan Narasumber Moderator
    12.45 – 12.50 Pembukaan Koordinator Kelompok Substansi Arbovirosis, Dit. P2PTVZ MC
    12.50 – 13.30 Kontribusi, Tantangan Program Poksi Anak Balita dan Prasekolah serta Peluang Penguatan Pengendalian Dengue Sanitarian Ahli Madya Koordinator Poksi Anak Balita dan Prasekolah Moderator
    13.30 – 13.45 Kontribusi, Tantangan Pusdatin dan Peluang Penguatan Pengendalian Dengue Kepala Pusat Data dan Informasi Moderator
    13.45 – 14.15 Diskusi Panel Moderator
    14.15 – 15.15 Pemaparan draf strategi Tim konsultan
    15.15 – 15.55 Diskusi draf strategi Tim konsultan
    16.00 Penutup MC
  13. Laporan Kagiatan

WORKSHOP 2. ANALISIS SITUASI PENYUSUNAN STRATEGI NASIONAL PENGENDALIAN DENGUE INDONESIA 2021-2025

stranas Monday, 26 April 2021

WORKSHOP 2. ANALISIS SITUASI

PENYUSUNAN STRATEGI NASIONAL PENGENDALIAN DENGUE INDONESIA 2021-2025

  1. Latar Belakang
  2. Dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat yang klasik pada abad 21 di daerah tropis dan sub tropis. Penyakit virus yang ditularkan melalui nyamuk Aedes ini cepat menyebar, dengan peningkatan 30 kali lipat selama 50 tahun terakhir di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 50–100 juta infeksi dengue terjadi setiap tahun dan hampir setengah dari populasi dunia tinggal di negara endemik dengue. Saat ini hampir 75% dari populasi global terpapar dengue di wilayah Asia-Pasifik. Epidemi dengue berdampak terhadap sistem pelayanan kesehatan dan kerugian ekonomi besar-besaran. Di beberapa negara, beban dengue sebanding dengan Tuberkulosis dan penyakit menular lainnya. Kasus Dengue (DBD) ditemukan pertama kali di Indonesia pada 1968 dan sejak tahun 2014 telah menyebar di 34 provinsi, berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung semakin meningkat angka kesakitannya dan sebaran wilayah yang terjangkit semakin luas. Pada tahun 2020 terdapat 108.500 kasus dengue dalam hal ini DBD (IR 39.99 per 100.000 penduduk) dengan kematian akibat DBD sejumlah 749 orang (CFR 0,69%). Angka kematian akibat demam berdarah menurun di bawah 1% sejak 2008, namun demikian secara absolut harus tetap menjadi perhatian. Persebaran dengue didorong oleh nyamuk yang mudah ditularkan oleh orang atau vektor yang terinfeksi melalui peningkatan perdagangan, perubahan penggunaan lahan dan perluasan urbanisasi. Tujuan dari strategi nasional adalah menurunkan beban dengue dengan mengurangi mortalitas dan morbiditas akibat dengue. Kematian akibat demam berdarah dapat diturunkan diantaranya dengan penerapan deteksi dini kasus dan menguatkan sistem rujukan; menangani kasus yang parah dengan pengobatan yang tepat; reorientasi layanan kesehatan untuk mengidentifikasi kasus awal dan mengatasi wabah dengue secara efektif; dan melatih tenaga kesehatan di semua tingkat sistem kesehatan. Morbiditas dengue dapat dikurangi dengan menerapkan prediksi dan deteksi wabah yang lebih baik melalui surveilans epidemiologi dan entomologi yang terkoordinasi; mempromosikan prinsip-prinsip manajemen vektor terintegrasi; menerapkan langkah- langkah pengendalian vektor yang diadaptasi secara lokal termasuk pengelolaan air perkotaan dan rumah tangga yang efektif. Pencegahan dan pengendalian dengue memerlukan pendekatan lintas program maupun lintas sektoral yang efektif antara Kementerian Kesehatan dan kementerian terkait lainnya serta lembaga pemerintah, sektor swasta (termasuk penyedia layanan kesehatan swasta), organisasi non-pemerintah dan masyarakat lokal. Jejaring pengendalian dengue dapat membantu meningkatkan dan mensinergikan kekuatan mitra sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencegahan dan pengendalian dengue. Pemilihan intervensi dalam penanggulangan dengue menjadi hal yang amat penting. Agar dapat melaksanakan indikator kinerja program diperlukan adanya strategi nasional, dengan detail pelaksanaannya dijabarkan per tahun selama 5 tahun. Penyusunan Stranas. Penanggulangan dengue 2021-2026 telah dimulai pada bulan November 2020, dan diperlukan pembahasan secara detail dengan lintas program guna mengidentifikasi kesenjangan antara ekspektasi dan pelaksanaan program penanggulangan dengue di Indonesia.

  3. Tujuan
    1. Mengidentifikasi tantangan dalam implementasi program pengendalian dengue yang telah ada
    2. Pembahasan analisis situasi dengue yang mencakup beban penyakit, diagnosis dan manajemen kasus, pengendalian vektor, surveilans dan respon, sumber daya manusia, pembiayaan, sistem informasi dengue, dan riset dan inovasi.
    3. Mengidentifikasi kesenjangan antara ekspektasi dan pelaksanaan dari program pencegahan dan pengendalian dengue

    Melakukan pembahasan draf Strategi Nasional Penanggulangan Dnegue 2021-2025

  4. Pelaksanaan
  5. Waktu : Senin, 22 Maret 2021
    Tempat : di lokasi masing-masing secara virtual

  6. Peserta
  7. Lintas Program, tim konsultan UGM, lintas program, lintas sektor WHO Indonesia, NGO, Komli Vektor, Eijkman, Dinas Kesehatan, perusahaan pestisida vektor

  8. Jadwal Kegiatan
  9. Pertemuan Pembahasan Stranas

    Waktu (WIB) Kegiatan Narasumber Moderator
    12.45 – 12.50 Pembukaan Koordinator Kelompok Substansi Arbovirosis, Dit. P2PTVZ MC
    12.50 – 15.00 Paparan draft analisis situasi dan diskusi Tim Konsultan UGM
    15.00 – 16.00 Kontribusi, Tantangan Pengelolaan Rujukan dan Pemantauan, serta Peluang Penguatan Program Pengendalian Dengue Analis Kebijakan Ahli Madya Koordinator Poksi Pengelolaan Rujukan & Pemantauan, Dit. Yankes Rujukan Sub Koordinator Kelompok Substansi Arbovirosis, Dit.P2PTVZ
    Kontribusi, Tantangan Program UKS serta Peluang Penguatan Pengendalian Dengue Analis Kebijakan Ahli Madya Koordinator Poksi Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja, Dit. Kesga
    Kontribusi, Tantangan Program Penyehatan Air dan Sanitasi Dasar serta Peluang Penguatan Pengendalian Dengue Sanitarian Ahli Madya Koordinator Poksi Penyehatan Air dan Sanitasi Dasar
    Kontribusi, Tantangan Penelitian & Pengembangan Biomedis & Teknologi Dasar Kesehatan serta Peluang Penguatan Pengendalian Dengue Kepala Pusat Penelitian & Pengembangan Biomedis & Teknologi Dasar Kesehatan
    16.00 Penutup Moderator/MC
12
Universitas Gadjah Mada

PUSAT KEDOKTERAN TROPIS

Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Gedung Penelitian dan Pengembangan FK-KMK UGM, Sayap Utara Lantai 2,

Jl. Medika, Senolowo, Sinduadi, Mlati, Sleman Yogyakarta 55284

Telp./Fax. : 0274-547147

+62 811-2847-147

Social Media

LinkedIn Facebook Instagram Twitter Youtube

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju